Tsugaeda menciptakan komposisi yang pas dengan menghadirkan Titok,Teno,Titan dan Tiara dalam Sudut Mati.
Titok sebagai anak pertama sejak awal digadang-gadang sebagai pewaris Prayogo Group. Sayang sekali ia lebih cocok menjadi kepala preman daripada pemimpin sebuah korporasi.
Teno dianggap mengalami gangguan jiwa setelah divonis bersalah menghilangkan nyawa ibunya. Bahkan Teno menyebutkan keinginan untuk membunuh ayahnya, secara lantang. Melalui Manifestasi Teno maupun dalam pledoi-nya di ruang sidang.
Titan tidak punya ketertarikan namun mempunyai kualifikasi paling tepat untuk melanjutkan usaha ayahnya. Titan adalah sosok ‘family man’ diantara ketiga saudaranya yg lain.
Keberadaan Tiara menjadi penting karena ketiga kakak laki-lakinya diatas bisa salong bunuh sejak awal. Tiara menjadi sosok yang harus dilindungi. Sekaligus kelemahan ketika ke-3 kakaknya berhadapan dengan musuh utama Prayogo Group.
Sejujurnya saya tidak terlalu suka dengan gaya penulisan Sudut Mati ini. Kebanyakan informasi dijejalkan dalam paragraf panjang, seolah2 saya sedang membaca liputas khusus sebuah tidak kriminal yg dilakukan salah seorang politisi.
Saya kuang tau juga apakah kebanyakan novel thriller memang harus seperti itu, mengingat harus menyampaikan banyak informasi agar pembaca mendapatkan sebuah gambaran yg utuh. Nyatanya dengan menyisipkan ‘artikel’ tadi tidak membuat novel ini menjadi lebih singkat. Hampir 400 halaman, tentu ini jumlah yang fantastis.
Meski saya tidak menyukai paragraf-paragraf panjang tadi, saya harus akui bahwa buku ini punya daya tarik yang luar biasa.
Plot yang disajikan dalam bab-bab pendek terus menyajikan misteri dan intrik yang membuat saya penasaran. Menebak siapa yang menjadi dalang dan siapa yang menjadi wayang. Mengira-ngira apa yang terjadi selanjutnya. Bahkan menebak bagaimana Sudut Mati akan berakhir.
Konflik antar tokoh juga menyebabkan Sudut Mati menjadi semakin rumit untuk ditebak. Apalagi setiap tokoh punya rahasia yang diceritakan secara dicicil. Ketika saya sudah menetapkan sebuah dugaan, pengungkapan rahasia baru trrkadang harus membuat dugaan baru.
Kembali berbicara tentang karakter, hampir seluruh karakter yang dimunculkan mempunyai peranan penting untuk menggiring karaktwr utama dan plot cerita. Hanya saja ada beberapa karakter yang menurut saya sia-sia. Dengan kata lain tanpa karaktwr itu pun kisah yang ditawarkan akan tetap menarik.
Misalnya 3 pembunuh bayaran . Menurut saya konflik antara Polong (dipihak la2an) dan Si Dokter (di pihak Prayogo) sudah cukup. Kehadiran shadow yang tiba2 setelah kematian Polong saya anggap sebagai kesia-sian. Tanpa Shadow, Tsugaeda bisa memperuncing konflik antara Polong dan Si Dokter, dengan begitu Si Dokter pun akan tetap terlihat luat biasa. Toh pada akhirnya, Shadow juga mati gampang ditangan Si Dokter.
Sebagai nilai akhir, saya beri 4 dari 5 untuk Sudut Mati.
Dia Febrina