Cinta Sejati

Gambar diambil disini

Sore ini, saya marathon menonton dua film. Film pertama adalah Frozen, animasi Disney, yang keluar akhir tahun 2013. Kedua, Big Fish, drama keluarga, keluaran tahun 2003.

Kedua film yang terpaut sepuluh tahun ini menyajikan satu inti yang sama. Kekuatan cinta. Jika di frozen kekuatan cinta ditunjukan antara dua orang saudara perempuan, Big Fish menyajikan cinta antara seorang ayah dan anak laki-lakinya.

Bagian mengejutkan dari Frozen adalah cinta sejati yang menyelamatkan Anna dari ‘kutukan’, yang tanpa sengaja dilakukan oleh kakaknya,Elsa, luntur bukan karena ciuman dari seorang laki-laki, seperti kebanyakan kisah princess ala Disney. Cinta antara Anna dan Elsa lah yang pada akhirnya mampu mengangkat ‘kutukan’ dari tubuh Anna, juga membuat Elsa mampu mengendalikan kekuatannya membekukan benda-benda disekitarnya.

Bagian mengejutkan dari Big Fish adalah kesamaan story lines dengan novel Tere Liye ‘Ayahku (Bukan) Pembohong’. Saya tidak tau apakah ada latar belakang dibalik kesamaan story lines ini atau tidak. Berkisah tentang seorang anak laki-laki yang tumbuh dengan kisah petualangan ayahnya sebagai dongeng sebelum tidur. Beranjak dewasa Si Anak mulai yakin bahwa kisah-kisah petualangan ayahnya tidak lebih dari bualan belaka. Sampai ayahnya meninggal kemudian tokoh-tokoh yang terlibat dalam petualangan ayahnya muncul di acara pemakaman. Si penyihir, Si Raksasa, Si Perampok dll. Cinta yang akhirnya menunjukan kepada si anak bahwa ayahnya selama ini tidak sedang membual.

Sebenarnya bagaimana cinta dipaparkan dalam kedua film ini bukan satu hal yang baru bagi saya. Cinta bukan hanya sebagai interaksi antara lawan jenis yang melibatkan ketertarikan dan reaksi hormonal. Jika cinta diibaratkan dengan satu buah cheese cake, maka bagi saya, cinta kepada pasangan hanya menjadi satu potongan kecil dari keseluruhan cheese cake tadi.

Pertanyaan baru muncul dalam benak saya,

“Seluas apa sisa cheese cake yang melambangkan cinta saya kepada orang tua, kakak dan adik saya? Cukup sejatikah cinta saya kepada mereka? Mampukan cinta saya melunturkan kutukan jika kami ternyata hidup di dalam dunia Disney?”

Mengapa saya berfikir tentang ini? Karena tidak semua ‘kutukan’ luntur oleh ciuman pangeran berkuda. Ketika ciuman tersebut tidak lagi ampuh, saya harus kembali kepada cinta yang jauh lebih sejati (di dunia) bukan?

Sudah saatnya kita tidak mencari cinta sejati lewat sosok orang lain, melainkan dalam diri sendiri.

~Selamat malam, selamat bermalam minggu~

Leave a comment